No.7 : Agis III Of Sparta (331 sm)
Pada tahun 338 SM Agis menggantikan posisi ayahnya sebagai raja, saat itu kebetulan Alexander Yang Agung lagi berperang dengan Kaisar Darius III. Karena dipikir sama Agis waktu ini adalah waktu yang tepat untuk meluaskan daerah kekuasaan, ia lalu membangun satu bala tentara dan mulai memobilisasi prajuritnya ke Athena, Yunani.
Karena
dipikir" ini orang bukan sembarang orang, Alexander lalu mengirimkan
beberapa jendral terbaiknya beserta 40.000 prajurit untuk menahan
laju para Spartans itu. Di sebuah medan pertempuran, tepatnya di luar
kota Megalopolis dua kubu itu lalu bertemu dan menjadikannya salah satu peperangan terbesar sepanjang sejarah Yunani.
Walaupun ngga sebanding hampir 2 lawan 1. Agis rupanya pantang mundur, ia terus maju menghajar semua orang yang ada
didepan ga perduli seberapa banyak kerumunan itu, sebelum akhirnya
ia mendapatkan luka parah disekujur dada, kepala dan kaki.
Karena
dikira pemimpinnya dah mati, beberapa pengawal Agis kemudian
mengevakuasi tubuhnya ke pinggir daerah pertempuran. Tapi ternyata Agis
masih mempunyai sedikit kekuatan, ia bangung lalu melihat
sekelilingnya. Dia berpikir kalau dia ngga akan membiarkan dirinya terbaring disini sementara prajuritnya berjuang mati"an melawan musuh. Dia lalu memerintahkan anak buahnya untuk mundur sementara ia menahan laju serangan musuh, sendirian..
Hampir
ngga bisa berdiri dan berlumuran darah, Agis menggunakan sisa"
kekuatan terakhirnya. Ia lalu mengambil pedang dan perisai miliknya dan
maju kembali menahan serangan musuh. Para Macedonians itu lalu
mundur perlahan", menyadari ngga ada seseorang yang
berani mendekatinya. Salah satu jenderal memerintahkan anak buahnya
untuk melempar sebuah tombak, dan ngga disangka tombak itu tepat
mengenai badan agis dan dia tewas seketika.
Pengorbanan pun agis ngga sia", sebagian prajuritnya yang bertahan berhasil mundur dengan selamat..
No.6 : Sempronius Densus (69 sm)
Densus adalah seorang veteran perang yang kemudian menjabat sebagai pengawal pribadi Kaisar Galba.
Satu hal yang perlu dicatat adalah klo Densus tidak mengetahui seluk
beluk sang kaisar secara penuh (sepertinya sih emang dia ngga
perduli, yang penting dedikasi kerja :d). Yang dia tahu adalah bahwa
profesinya adalah untuk menjaga kaisar dari berbagai bentuk serangan dengan cara apapun.
No.5 : Dian Wei (197)
Well, saat itu ternyata sedang terjadi pemberontakan di kerajaan. Para prajurit yang ada semuanya menjadi pemberontak, di otak mereka hanya ada satu "Kaisar Galba Harus Mati!".
Densus yang waktu itu bertugas menjaga istana kemudian melihat
sekerumunan prajurit pemberontak dengan tampang bengis berjalan menuju
istana. Mencium sesuatu yang ngga beres ia lalu mencoba menghalau
sekerumunan orang itu dengan tongkat kayunya dan memerintahkan mereka
semua untuk mundur.
Menyadari klo kerumunan orang haus darah itu ngga akan takut cuma karena sebatang tongkat, dia lalu menghunuskan Pugio miliknya (pugio itu sebuah pisau yang panjangnya ngga lebih dari
setengah pedang prajurit Romawi) dan berteriak sekali lagi
memerintahkan mereka untuk mundur. Namun rupanya para pemberontak itu
tetep maju dan Densus ngga ada pilihan lain..
Hampir
terkepung, Densus melawan seluruh bala tentara itu sendirian. Dengan
pengalamannya sebagai veteran perang dia membabat habis semua orang
yang tetep berusaha maju, sebelumnya akhirnya sebuah serangan dari
salah satu pemberontak mengenai kakinya dan membuat dia terjatuh
lalu dikeroyok ramai" hingga tewas. Apes bagi Galba, saat bersiap
untuk melarikan diri. Sang pembawa kereta rupanya sudah kabur duluan.
Terjebak dan tak ada jalan keluar, Galba akhirnya tewas di keroyok
juga oleh pemberontak, kepalanya dipotong lalu diarak sekeliling kota.
Ngga
ada yang tahu bagaimana nasib mayat Densus waktu itu, klo dipikir"
kayanya sih nasibnya ngga jauh beda sama si Galba, tapi sampai saat ini
ngga ada yang menyangka kalo ternyata ada orang yang berani melawan
ratusan orang sendirian dengan hanya menggunakan sebilah pisau.
No.5 : Dian Wei (197)
yang udah sering baca cerita Three Kingdoms pasti tahu yang namanya Cao-Cao kan
No.4 : Vikings Di Jembatan Stamford (1066)
Jadinya
dulu di jaman Dinasti Wei, Dian adalah salah satu perwira prajurit
yang punya reputasi terbaik, dan ternyata Cao-Cao tertarik lalu
menjadikan dia sebagai salah satu pengawal pribadinya.
Pada saat pertempuran Wancheng
tahun 197 m, Dian berhasil menghabisi satu pasukan musuh di suatu
pertempuran. Rupanya hal itu membuat para penguasa daerah sekitar
marah. Mereka lalu merencanakan sebuah serangan mendadak ke kamp milik
Cao Cao. Saat segerombolan pasukan siap melancarkan serangan, mereka
menemukan Dian Wei dan beberapa prajurit sudah menghadang di depan
gerbang lengkap dengan sepasang kapak besar di tangannya.
Pertarungan
pun terjadi, Dian dengan kapaknya menebas semua orang yang ada
didepannya setelah sekitar puluhan orang mati. Wait, its not enough..
Merasa belum puas, ia lalu melepaskan kapak nya dan dengan tangan
kosong dia menggunakan mayat musuh sebagai senjata, ya jadi sepasang
double stick gitu..Melempar dan menghajar habis"an tanpa ampun.
Namun
karena kalah jumlah, prajurit yang membantu Dian mulai gugur satu
persatu. Dian pun juga telah terluka parah akibat beberapa serangan
musuh. Dia sempat menghajar beberapa orang sampai mati sebelum dia
sendiri akhirnya tewas karena kehabisan darah. Memastikan bahwa dia
telah mati, pasukan musuh lalu memenggal kepalanya.
Kematian Dian Wei tidak sia",
Cao Cao berhasil kabur dan memutuskan untuk berperang kemudian hari.
Dia lalu berhasil menguasai hampir keseluruhan Cina dengan tangannya
sendiri dan secara langsung mengakhiri jaman Tiga Dinasti.
Beberapa
sejarah mengatakan, setelah mendengar kematian Dian Wei, Cao Cao
sangat merasa kehilangan. Ia lalu memerintahkan beberapa pesuruhnya
untuk mencuri mayat Dian Wei supaya dia bisa dikubur dengan layak.
Setiap kali Cao Cao melewati makamnya dia selalu bersedih, demi
mengingat jasa"nya Cao Cao mengangkat lalu anak Dian Wei yang bernama Dian Man menjadi mayor komandan.
No.4 : Vikings Di Jembatan Stamford (1066)
Kelompok Viking
yang terserang terbagi dua, satu disisi timur dan yang satu lagi di
sisi barat jembatan. Setelah menghabisi kelompok yang berada disisi
timur, kelompok pasukan Inggris itu lalu memutuskan untuk menghabisi
kelompok lainnya yang ada disebelah barat.
Saat
mereka mencoba menyebrangi jembatan itulah, seorang Viking bertubuh
besar lengkap dengan kapak ditanggannya telah berdiri, bersiap
membunuh siapa saja yang mencoba melewatinya. Viking ini ternyata
bukan prajurit sembarangan, dengan kapak miliknya nya ia bisa
menghancurkan baju jirah, helm dan perisai layaknya sepotong tahu,
sabetan pedang pun ngga membuatnya roboh, bahkan dia seperti ngga
merasakan sakit sama sekali! Puluhan prajurit Inggris pun tewas satu
persatu, perlahan demi perlahan mereka kewalahan. Mereka ngga bisa
melewati jembatan selama Monster Viking itu berada di atasnya..
Sampai
akhirnya salah prajurit menemukan kelemahan si Viking itu. Dia lalu
diam" menyiapkan perahu dan berenang menuju bawah jembatan. Mungkin
karena sibuk menghajar orang didepannya, si Viking itu ngga menyadari
klo ada musuh berada tepat dibawah tempat dia berdiri. Dengan satu
tusukan, tombak pun menembus jembatan dan tepat menusuk selangkangan si
Viking serangan vital ini membuat Viking itu roboh, lalu dengan sigap
pasukan Inggris pun mengeroyok si Viking yang telah sekarat itu
hingga tewas..
Pertempuran
ini akhirnya dimenangkan oleh Inggris, dan lebih dari 6000 Viking
tewas. Peristiwa ini kemudian menjadi apa yang dikenal dengan sebutan "Akhir Bangsa Viking
No.3 : Saito Musashibo Benkei (1189)
Benkei
adalah seorang raksasa yang sangat kuat. Pada waktu itu dia
bergabung dengan kuil lalu menjadi biarawan. Namun dia bukan biarawan
seperti pada pada umumnya yang rajin berdoa dan sembahyang didalam
kuil dan tentunya tidak berhubungan dengan segala sesuatu yang berbau
kontak fisik. Dulu biara atau kuil ngga cuma dijadiin sebagai tempat
spiritual aja tapi juga dijadiin sebagai pusat budaya, administrasi
dan militer. Karena ngga cocok, beberapa waktu kemudian Benkei
berhenti dan memutuskan untuk menjadi Yamabushi, yakni sebuah tradisi lama yang meyakini kekuatan supranatural dapat membuat seorang menjadi pendekar yang kuat.
Disebuah
daerah di Kyoto dia menantang siapapun pendekar pedang terkuat untuk
mengalahkannya. Lebih dari 999 pedang dah dia kumpulin sebelum
akhirnya seseorang bernama Minamoto No Yoshitsune mengalahkannya. Sebagai tanda bukti kekalahannya Benkei lalu bergabung dengan Yoshitsune dan berperang melawan Klan Taira.
Semua berjalan baik, kesuksesan demi kesuksesan diraih duo
itu, sebelum pada akhirnya saudara tertua Yoshitsune, Minamoto No
Yoritomo karena cemburu memfitnah Yoshitsune sebagai pengkhianat.
Mengetahui segalanya akan segera berakhir, Yoshitsune memutuskan klo
jalan terbaik mengakhiri semua ini adalah dengan melakukan ritual Sepukku yang ngga lain adalah ritual bunuh diri. Supaya ritual ini lancar, benkei lalu menjaga istana tempat Yoshitsune berada.
Telah
terkepung dari segala penjuru, Benkei menjaga satu"nya gerbang utama
memastikan ngga akan ada siapapun yang bisa lewat. Satu persatu
prajurit mencoba maju untuk melawan, namun ngga ada satupun yang bisa
lewat karena semuanya tewas di tangan Bengkei. Dengan segala
kekuatannya Benkei menghabisi siapa saja yang mencoba lewat.
Memberikan waktu bagi Yoshitsune untuk menyelesaikan ritual bunuh
diri nya.
Menyadari
prajurit yang maju itu ngga ada yang berhasil, pasukan musuh
memutuskan untuk menembakkan hujan panah ke arah Benkei. Puluhan panah
berhasil menembus badannya, but you know what??
Benkei ngga langsung roboh, butuh beberapa waktu untuk menyadari klo
ternyata Benkei sudah mati walaupun dalam keadaan berdiri. By the time they realize, they were to late..
Yoshitsune sudah melakukan ritualnya dan dia mati dalam keadaan terhormat
No.2 : Frank Luke (1918)
udara, usaha untuk menghancurkannya bisa jadi perbedaan antara hidup dan mati.
Frank Luke adalah salah satu dari sekian pilot pesawat tempur amerika
yang mempunyai reputasi terbaik untuk urusan yang satu ini. Bahkan
dalam 10 kali penerbangan dia sempat menjatuhkan 14 balon pengintai
dan 4 pesawat tempur musuh. 1 rekor yang tak terkalahkan selama perang
dunia pertama.
Penerbangan terakhir luke terjadi di Murvaux, Perancis
tahun 1918. Sendirian dalam jantung pertahanan musuh dia berniat
untuk menjatuhkan sekumpulan balon udara yg ada didepannya. Dimulai
dengan terbang rendah, dia berhasil menjatuhkan dua balon udara
pertamanya. Saat berusaha menghindari serangan dari artileri anti
udara dan tembakan senapan mesin, 1 skuadron pesawat tempur musuh
menukik dari atas dan siap untuk mengejarnya.
Terkepung
baik di darat dan di udara tidak menyurutkan niat Luke untuk terus
menyerang. Setelah menghindari beberapa serangannya akhirnya dia
berhasil menjatuhkan balon ke tiga dan seterusnya. Pada saat yang
bersamaan Luke sebenarnya sudah terluka parah, rentetan tembakan
senapan mesin dari sebuah bukit rupanya telah menembus badan pesawat
dan mengenai punggungnya. Memastikan klo ngga ada lagi balon udara
yang terbang, Luke lalu memutuskan untuk mendarat darurat disatu
lapangan terbuka.
Setelah
berhasil mendarat menyadari kini dia dah ngga bisa kemana" lagi dan
terkepung dari segala penjuru, Luke memutuskan untuk ngga mati begitu
aja. Terluka parah ia mengeluarkan pistol Colt Model 1911
miliknya lalu menembak beberapa tentara Jerman yang ada didepannya
sebelum akhirnya tewas karena luka tembak didada dan punggungnya.
Ia menjadi penerbang pesawat tempur amerika pertama yang dianugerahi medali kehormatan "Medal Of Honor".
Saat
hari terakhirnya, Baker menyadari klo dia beserta pasukannya kini
berhadapan sama 5.000 lebih tentara jepang bersenjata lengkap + bayonet.
Terkepung dari tiga arah sekaligus, baker bersiap untuk melakukan
serangan.
Gelombang
serangan pertama dari tentara jepang membuatnya mendapatkan luka
yang cukup serius, saat pelurunya habis dia menggunakan apapun yang
ada didepannya sebagai senjata, bahkan dia sempat menghajar beberapa
musuh dengan tangan kosong. Karena terluka parah, Baker lalu ditandu
dari medan pertempuran. Saat itu hampir semua tentara Amerika terpaksa
dipukul mundur, tapi Baker rupanya menyadari dirinya yang terluka
hanya akan memperlambat pasukannya. Satu permintaan terakhir, dia
minta diturunkan dan dibaringkan kebelakang pohon, berbekal sepucuk
pistol Colt 1911 terisi 8 peluru penuh dia menyuruh semua pasukannya
untuk segera mundur secepat mungkin.
Saat
Amerika berhasil merebut pulau Saipan dibulan itu juga, mereka
menemukan jasad Baker masih bersender di tempat yang sama saat mereka
tinggalkan. Pistol Colt 1911 yang dipegangnya telah kosong. Didepannya
kini tergeletak 8 tentara Jepang yang tewas, sama seperti jumlah
peluru yang dimiliki baker disaat terakhirnya..
Klo
diliat ternyata kisah Baker mirip sama Agis yah, sama" mementingkan
nyawa pasukan daripada keselamatan dirinya sendiri. Sekali lagi, salut
buat kedua orang ini.